Wayang Golek Bertahan Mengarungi Gelombang Zaman

[BP] – Tatar Sunda

Wayang merupakan salah satu kesenian yang sangat populer. Di Jawa Tengah kita mengenal wayang kulit, sedangkan di Jawa Barat ada Wayang Golek.

Wayang Golek merupakan salah satu kekayaan seni masyarakat Sunda. Berbeda dengan kesenian wayang di pulau jawa lainnya yang menggunakan kulit dalam pembuatan wayangnya, Wayang Golek terbuat dari kayu dalam pembuatan wayangnya. Kesenian Wayang Golek sangat populer di Jawa Barat.

Menurut beberapa sumber, sejarah Wayang Golek di mulai pada abad 17. Pada awalnya, kesenian Wayang Golek muncul dan lahir di wilayah pesisir utara pulau Jawa. Menurut kisah, Sunan kudus menggunakan Wayang Golek ini untuk menyebarkan agama Islam di masyarakat. 

Pada masa itu, pertunjukan Wayang Golek masih menggunakan bahasa Jawa dalam dialognya. Kesenian Wayang Golek ini mulai berkembang di Jawa Barat pada masa ekspansi kesultanan Mataram. 

Wayang Golek pada akhirnya mulai berkembang dengan bahasa Sunda sebagai dialognya. Selain menjadi media penyebaran agama, Wayang Golek berfungsi untuk pelengkap acara syukuran atau ruwatan dan lainnya. 

Pada saat itu pertunjukan Wayang Golek masih tanpa menggunakan sinden sebagai pengiringnya. Wayang Golek mulai menggunakan iringan sinden pada era 1920an. 

Hingga saat ini Wayang Golek terus berkembang sebagai hiburan bagi masyarakat terutama di tanah sunda.

Dalam pertunjukan Wayang Golek ini sama seperti pertunjukan wanyang lainnya, lakon dan cerita di mainkan oleh seorang dalang. Yang membedakan adalah bahasa pada dialog yang di bawakan adalah bahasa Sunda. Pakem dan jalan cerita Wayang Golek juga sama dengan wayang kulit, contohnya pada cerita Ramayana dan Mahabarata. Namun yang membedakan adalah pada tokoh punakawan, penamaan dan bentuk dari punakawan memiliki versi tersendiri yaitu dalam versi sunda.

Selain kisah Ramayana dan Mahabarata, ada juga cerita dan lakon carangan. Dalam cerita carangan ini dalang membuat sendiri alur cerita yang biasanya diambil dari cerita rakyat atau kehidupan sehari – hari. dalam cerita carangan biasanya mengandung pesan moral, kritikan, humor dan lain – lain. Dalam cerita carangan tidak hanya di gunakan untuk mengembangkan cerita, namun juga untuk mengukur kualitas dalang dalam membuat cerita. 

Dalam pertunjukan Wayang Golek ini selain di iringi dengan sinden juga diiringi dengan gamelan Sunda diantaranya seperti saron, peking, selantem, boning, boning rincik, kenong, gong, rebab, gambang kempul, kendang indung dan kulanter.

Seiring perkembangan zaman, Wayang Golek tetap menjadi salah satu kesenian tradisional kebanggaan masyarakat Jawa Barat. Hal ini dibuktikan dengan pementasan Wayang Golek yang mewarnai berbagai acara seperti sunatan, ruwatan, syukuran dan acara besar lainnya. Selain itu, beberapa seniman tetap mengembangkannya dengan beberapa kreasi tambahan agar terlihat menarik dan tetap lestari tanpa menghilangkan pakem. [jayadewata]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *