[BP] – Tatar Sunda
Belum lama ini, lembaga pengawas aktivitas internet Australia mengatakan tidak akan memperkarakan aplikasi TikTok di pengadilan terkait konten sebuah video bunuh diri yang ditayangkan aplikasi itu.
Walaupun demikian, perdana menteri Australia tetap mendesak perusahaan-perusahaan media sosial untuk lebih bertanggung jawab terkait konten kekerasan atau negatif lainnya di aplikasi media sosial.
Aplikasi media sosial milik China itu menyatakan sedang berusaha menghapus video berisi peristiwa bunuh diri seorang pria dengan menggunakan senjata api, dan mencegah para pengguna TikTok lainnya menyebarkannya.
Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan bahwa, Julie Inman Grant, komisioner eSafety, lembaga pengawas aktivitas internet Australia, telah mengambil tindakan tegas terhadap video mengejutkan itu.
“Anda bertanggung jawab memastikan produk tersebut tidak membahayakan rakyat Australia. Pemerintahan kami akan memastikan Anda bertanggung jawab atas itu.” demikian pernyataan Morrison, Rabu, (9/9).
Pemerintah Australia tahun lalu telah mengambil kebijakan legislatif untuk menghapus konten berisi kekerasan dari platform-platform internet.
Dalam undang-undang baru itu, para eksekutif media sosial bisa dipenjara jika aplikasi mereka menyiarkan tayangan kekerasan.
Undang-undang itu muncul sebagai akibat aksi seorang pria Australia yang memanfaatkan kamera di helmnya untuk menayangkan secara langsung lewat Facebook aksi pembantaiannya di dua masjid di Selandia Baru yang menewaskan puluhan orang.
Lembaga Komisioner eSafety menyatakan, sedang bekerja sama dengan perusahaan aplikasi tik tok untuk menghapus konten bunuh diri tersebut lebih cepat.
PM Australia mengecam TikTok muncul setelah sebelumnya ia tidak mengambil sikap terkait pendirian AS mengenai perusahaan aplikasi itu.
Sebelumnya Donald Trump mengancam akan melarang penggunaan Tik Tok di AS mulai pertengahan September dan memerintahkan ByteDance menjual operasinya di AS, dengan alasan keamanan nasional terkait kepemilikan China.
Kali ini, Morrison mengambil langkah tidak biasa dengan menyerang Tik Tok melalui sebuah video satu hari setelah dua jurnalis Australia yang bekerja untuk media Australia meninggalkan China karena khawatir ditahan pemerintah di sana.
China telah melarang mereka meninggalkan negaranya terkait penangkapan warga negara Australia bernama Cheng Lei, seorang jurnalis media pemerintah China, yang ditahan karena dicurigai melakukan kegiatan yang membahayakan keamanan nasional China. [jayadewata]