Petugas Penggali Kubur Di Jakarta Kewalahan Akibat Banyaknya Jenazah Penderita Covid-19 

Petugas penggali kubur
ilustrasi.net - pakuan

[BP] – Tatar Sunda

Hampir hampir satu tahun lamanya pandemi virus Covid-19 melanda dunia termasuk Indonesia.

Banyak sendi kehidupan bangsa yang porak poranda akibat terjangan virus ganas ini.

Pada bulan September ini, petugas salah satu Tempat Pemakaman Umum di Jakarta memakamkan 30 hingga 40 jenazah per hari seiring dengan peningkatan jumlah pasien Covid-19 yang meninggal, sementara jumlah lahan yang tersisa semakin sedikit.

Junaedi adalah salah satu petugas di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Ranggon, satu dari dua tempat pemakaman khusus protokol Covid-19 di Jakarta.

Pada Senin malam itu, Junaedi menghabiskan waktu hampir dua jam untuk menggali satu liang lahat dengan penerangan seadanya menggunakan genset.

Ada dua jenazah yang tiba di Pondok Ranggon setelah petang, padahal sejak pagi para penggali kubur ini  telah memakamkan 28 jenazah lainnya.

“Semalam hujan-hujanan lanjut terus, mau tidak mau karena ini tanggung jawab. Saya baru selesai kerja itu jam setengah sembilan malam,” kata Junaedi dikutip dari anadolu.

Bagi para petugas penggali liang lahat, September merupakan masa terberat setelah lebih dari enam bulan pandemi melanda Indonesia.

Grafik kasus kematian Covid-19 di Jakarta cenderung meningkat sejak akhir Juli hingga September dan menjadi salah satu alasan Pembatasan Sosial Berskala Besar ketat kembali berlaku.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mencatat lebih dari 20 pasien positif Covid-19 meninggal per hari pada September. Jumlah ini belum termasuk mereka yang meninggal sebagai suspect dan belum dites.

Pasien yang meninggal sebagai suspect juga wajib dimakamkan dengan protokol Covid-19. Grafik pemakaman jenazah dengan protokol ini ikut meningkat sejak Juli.

Petugas penggali liang lahat di Pondok Ranggon, menuturkan ada 30 hingga 40 jenazah per hari yang dimakamkan selama September. Padahal dua bulan yang lalu berkisar 20 pemakaman per hari.

Sampai hari Sabtu kemarin yang dimakamkan itu sampai 44 jenazah dalam sehari.

Menggali puluhan liang lahat menjadi sebuah rutinitas harian bagi para petugas. Mereka sering bekerja hingga larut malam, sebab jenazah Covid-19 harus dimakamkan sesegera mungkin.

Saking sibuknya, para petugas penggali liang kubur ini menuturkan mereka sudah tidak sempat lagi menggali dan menyiapkan liang kubur sebanyak-banyaknya seperti yang mereka lakukan pada masa awal pandemi.

Menurut pengakuan mereka, energi mereka sangat terkuras, karena ritme pemakaman setiap hari itu selalu padat.

Jenazah sering datang berurutan, belum selesai memakamkan satu, sudah datang lagi beberapa yang lainnya.

Dengan kondisi ini, dia memprediksi lahan di TPU Pondok Ranggon akan penuh dalam kurun dua bulan ke depan.

Hingga Selasa, angka kematian akibat Covid-19 masih terus bertambah. Indonesia melaporkan 160 pasien Covid-19 meninggal dalam 24 jam terakhir, yang merupakan catatan kematian tertinggi sejak pandemi melanda. 30 kasus di antaranya terjadi di Jakarta.

Menurut petugas di sana, rutinitas ini tidak hanya menguras fisik, namun juga sering membuat dia merasa iba dan sedih.

Beberapa jenazah dimakamkan hanya oleh para petugas berbaju hazmat, tanpa ada satupun keluarga yang datang mendampingi jenazah ke tempat peristirahatan terakhir mereka.

Pihak keluarga jenazah bukan tidak ingin mengantar, tetapi harus dikarantina karena juga terinfeksi.

Biasanya setelah karantina selesai baru keluarganya datang ke pemakaman untuk ziarah.

Para petugas penggali kubur ini berharap agar agar masyarakat menganggap ini serius dan bisa patuh terhadap protokol kesehatan, karena mereka melihat langsung, jumlah yang terdampak itu bukannya berkurang malah bertambah terus. [jayadewata]

Respon (4)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *