[BP] – Tatar Sunda
Hari menunjukan jam 13.00 siang. Sinar matahari menyengat dengan teriknya. Terlihat seorang laki-laki tua tengah memanggul sebuah karung lusuh yang sama lusuhnya dengan pakaian yang dipakainya.
Setelah dibuka ternyata isi karung tersebut berisi botol-botol plastik bekas.
Mang Dadap, biasa orang memanggil bapa tua itu. Pria paruh baya ini mengaku warga Kp. Rawa Bango RT.05/03 Desa Hegarmanah Kec. Karang Tengah Kab. Cianjur.
Dia merupakan kepala rumah tangga dengan tiga orang anak yang saat ini tinggal di sebuah rumah kontrakan
Menurut pria kelahiran lima puluh satu tahun silam itu, dia telah melakukan pekerjaan memulung botol-botol plastik bekas selama lima tahun. Sebelum menjadi seorang pemulung, bapa tua ini sempat menjadi sopir angkot selama 10 tahun.
Setiap harinya Mang Dadap melakukan rutinitas memulung dari jam 04.00 subuh sampai jam 16.00 sore.
Dari pekerjaannya sebagai seorang pemulung, Mang Dadap bisa mendapatkan penghasilan sebesar Rp. 500.000 setiap bulan. Sungguh sebuah angka dan nominal yang tidak masuk akal untuk hidup dan bertahan pada zaman ini.
Walaupun begitu, pria paruh baya ini tampak mensyukuri hidup dan kehidupan yang sedang dijalaninya saat ini.
“Alhmdulillah bapa teu dugi ka maok atawa baramaen. Ari soal rezeki mah bapa masrahkeun ka Allah. Ayeuna bapa jadi tukang mulung, da tos nasib ieu mah. Nu penting mah syukuranna we, da milik mah aya wae”, demikian pernyataan bapa tua itu sambil menikmati sebatang rokok kretek yang begitu dinikmatinya dengan penuh rasa syukur.
Ketika ditanya soal bantuan dari pemerintah, dia mengatakan sudah menerima bantuan berupa sembako.
Mang Dadap telah memberikan kita semua sebuah pelajaran, bahwa sekeras apapun kehidupan, kita harus tetap menjalani dengan penuh rasa syukur. [jayadewata]