Cianjur, Bewara Pakuan – Saat itu waktu menunjukan pukul 15.30 sore. Seorang pria paruh baya dengan wajah dan pakaian yang sama lusuhnya membawa sebuah karung warna putih.
Dia tampak berjalan gontai menyusuri bahu jalan raya Cianjur-Bandung yang selalu padat oleh kendaraan yang lewat.
Beliau pun kami undang untuk berteduh dan menikmati secangkir kopi pahit panas, sebatang garam merah dan sedikit cemilan sebagai penguat tenaga yang telah terkuras habis.
Di warung kopi tempat biasa kami nongkrong, pria paruh baya ini pun menceritakan pengalaman dan juga kehidupannya yang penuh dengan warna dan cerita.
Aep Saepudin nama pria paruh baya itu. Usianya telah menginjak 52 tahun. Berdasarkan pengakuannya, dia merupakan warga Kp. Tegalaja Ds. Babakan Karet Kab. Cianjur.
Mang Aep mengatakan, profesi sebagai seorang pemulung sudah dilakoni selama 12 tahun. Laki-laki paruh baya ini memulai aktivitas memulungnya dari subuh sampai menjelang sore hari.
Dalam sehari dia bisa mengumpulkan botol bekas satu karung penuh atau bahkan bisa juga kurang. Adapun hasil jerih payahnya memulung tidak lebih dari Rp. 15.000 atau bahkan kadang Rp. 12.000 setiap harinya.
Menurut Mang Aep, saat ini dia hidup sebatang kara di sebuah kontrakan. Pernikahannya selama 17 tahun kandas ketika 2 tahun lalu istri dan keempat anaknya pergi meninggalkan dirinya akibat tidak kuat dengan kondisi ekonomi keluarga yang serba kekurangan dan tidak menentu.
Mang Aep mengatakan, sehabis melaksanakan aktivitas memulungnya, dia akan segera bergegas karena ada banyak anak-anak yang menunggunya untuk dibimbing mengaji Al-Quran.
“Pami sore mah sok buru-buru mulang. Karunya barudak nu diajar ngaji ka amang”, ujarnya.
Di tengah kondisi ekonominya yang serba kekurangan dan kesulitan, Mang Aep masih bisa mempertahankan prinsip hidupnya, bahkan dia masih sanggup mendidik anak-anak dalam bidang agama.
“Amang mah keun bae mulung ge, asal ulah nyapir komo maok mah. Eta soal biaya budak nu ngaraji, kumaha kaikhlasan kolotna we” ujarnya.
Mang Aep mengaku bahwa sampai saat ini dirinya belum mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Dia mengatakan semua surat berharga termasuk surat sakti yang menyatakan dia sebagai warga +62 musnah akibat sebuah kebakaran.
Dirinya berharap bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah seperti warga yang lainnya. Apalagi dengan usianya yang semakin menua dan penyakit kolesterol yang dideritanya.
“Ari kahoyong mah aya bantosan ti pamarentah kanggo amang siga ka warga anu sanes”, pungkasnya.
Tetap bersabar pak semoga Allah SWT bisa membalas niat baik bpa bisa mengajarkan anak anak belajar Al Qur’an
Smnagat terus pak ini bisa menjadi inspirasi buat kita semua meski dalam kedaan bagay manapun kita harus selalu tabah dan mensyukurinya
Saya salut kepada bapak, bapak begitu tulusnya mengajarkan anak2 untuk bisa belajar Al-Qur’an
Semoga di beri ketabahan buat bapak
Semoga bapak di berikan kekuatan dan semoga pemerintah membantu bapak
Saya salut kepada bapak
Semoga tetep tabah bpk, dan semoga dimudahkan rezekynya
Semoga tetap tabah
Semoga pemerintah melirik
Bener tabah meskipun ditinggalkan oleh anak dan istri tapi tetap mengajari anak anak
Semoga pemerintah bisa melihat bpk dan bisa membantu bpk
Ya yang seperti ini semoga mendapat bantuan dari pemerintah
Semoga diberi ketabahan
Tetap untuk mengajarkan anak anak untuk belajar Al.Quran
Semoga tetap diberi ketabahan untu k bpk