KRI Nanggala 402, Ksatria Bawah Laut Penjaga Kedaulatan Indonesia

Screenshot 2021 04 22 12 15 00 29
Photo: Net

[BP] – Tatar Sunda

Cianjur, Bewara Pakuan – Sebagai sebuah negara maritim, Indonesia harus mempunyai kekuatan yang kuat dalam bidang pertahanan laut termasuk di antaranya kepemilikan kapal selam atau submarine.

Seperti yang kita ketahui KRI Nanggala 402 merupakan kapal selam kedua dalam jenis kapal selam kelas Cakra yang dimiliki Indonesia dan berada di bawah kendali Satuan Kapal Selam Komando Armada RI Kawasan Timur. 

Kapal ini merupakan kapal kedua yang menyandang nama Nanggala dalam jajaran TNI AL. 

Kapal yang mempunyai motto “Tabah Sampai Akhir” ini termasuk dalam armada pemukul TNI Angkatan Laut. 

Adapun pengambilan nama Nanggala berasal dari nama senjata dalam kisah pewayangan yaitu senjata Nanggala.

Dikisahkan bahwa Baladewa (Balarama) merupakan saudara dari Basudewa Krishna, meskipun bersaudara tetapi warna kulit mereka tidak sama. Baladewa agak hitam dan Krishna putih, namun keduanya sama-sama sangat sakti mandraguna.

Krishna mempunyai senjata pusaka bernama Cakra sedangkan Baladewa mempunyai senjata pusaka bernama Nanggala. 

Wujud Nanggala menyerupai bajak sawah yang terbalik, konon ceritanya senjata ini mampu membelah gunung dan melelehkan besi baja.

Pada awalnya kapal selam KRI Nanggala dipesan oleh pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 2 April 1977 dari Jerman Barat pada waktu itu.

Sedangkan pembuatan kapal selam ini dimulai pada bulan Maret 1978 dan diserahkan kepada pemerintah Indonesia pada tanggal 6 Juli 1981.

Kapal selam KRI Nanggala diresmikan penggunaannya oleh Menteri Pertahanan Keamanan/Panglima Angkatan Bersenjata Jenderal TNI Muhammad Jusuf pada tanggal 21 Oktober 1981 di Dermaga Ujung Surabaya.

Selama masa tugasnya yang hampir 40 tahun, KRI Nanggala sempat melakukan beberapa kali perbaikan dan juga peningkatan sistem persenjataan dan pertahanannya.

KRI Nanggala selama masa operasinya sering terlibat dalam berbagai latihan pertempuran termasuk latihan gabungan dengan US Navy beberapa waktu yang lalu.

KRI Nanggala sebagai salah satu kekuatan negara bawah air mempunyai efek gentar  yang efektif dan luar biasa dalam mendukung operasi siaga tempur TNI.

Dan pada 21 April 2021, Panglima Tentara Nasional Indonesia Marsekal Hadi Tjahjanto mengumumkan bahwa Nanggala telah gagal melaporkan statusnya setelah melakukan latihan penembakan torpedo di Laut Bali, sekitar 95 km (51 mil laut) di utara Pulau Bali.

Pihak TNI AL menyatakan bahwa Nanggala meminta persetujuan pada 03.00 WIB untuk menyelam dan menembakkan Torpedo SUT. Setelah diberi izin, kapal selam hilang kontak dengan darat.

Dikabarkan bahwa KRI Nanggala 402 hilang kontak pada pukul 04:30.

Pihak TNI AL kemudian mengirimkan distress call ke International Submarine Escape and Rescue Liaison Office untuk melaporkan hilangnya kapal tersebut.

Adapun kedalaman laut di lokasi hilangnya kapal selam dilaporkan mencapai 700 meter (2300 ft).

Dikabarkan bahwa tiga kapal tempur (KRI Diponegoro 365, KRI Raden Eddy Martadinata-313, dan KRI I Gusti Ngurah Rai-332) dan tim penyelam dikerahkan untuk melakukan pencarian.

Selain itu, dilaporkan bahwa pemerintah juga mendapat bantuan dari pemerintah Singapura, Australia, dan India untuk mencari lokasi keberadaan kapal selam kebanggaan kita ini.

Dari pemantauan udara ditemukan tumpahan minyak/oli di sekitar lokasi terduga hilangnya kapal selam tersebut

Pada saat dilaporkan hilang, KRI Nanggala 402 membawa 53 awak, di mana Kolonel Harry Setyawan merupakan awak dengan pangkat tertinggi dengan Letkol Heri Oktavian sebagai komandan kapal selam.

Kita berharap Ksatria Bawah Laut Indonesia, Kapal Selam KRI Nanggala 402 beserta seluruh awaknya bisa segera ditemukan dengan kondisi selamat. [berbagai sumber: jayadewata]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *