Azerbaijan Menukarkan 15 Tahanan Armenia dengan Peta Puluhan Ribu Ranjau Darat

Screenshot 2021 07 05 08 01 20 50
Ilustrasi.Net - Suasana Pertempuran

Baku, Bewara Pakuan – Pemerintah Azerbaijan telah menyerahkan 15 tahanan Armenia dengan imbalan peta 92.000 ranjau anti-tank dan anti-personil yang ditanam selama pendudukan ilegal di wilayah Fizuli dan Zangilan.

Peta-peta itu diserahkan oleh Yerevan ke Baku atas inisiatif Rusia, kata Kementerian Luar Negeri Azerbaijan, Sabtu, dilansir dari TRT World.

Pemerintah Azerbaijan mengucapkan terima kasih kepada Rustam Muradov, Komandan kontingen penjaga perdamaian Rusia yang ditempatkan sementara di wilayah Republik Azerbaijan, atas jasa mediasinya dalam pelaksanaan inisiatif kemanusiaan untuk mendapatkan peta puluhan ribu ranjau tersebut.

Baku mengatakan peta ranjau akan menyelamatkan nyawa puluhan ribu orang Azerbaijan, termasuk mereka yang terlibat dalam pembersihan ranjau.

Ini juga akan mempercepat pelaksanaan proyek-proyek rekonstruksi dan rehabilitasi yang diprakarsai oleh Presiden Ilham Aliyev di wilayah-wilayah yang dibebaskan, serta proses pemulangan para pengungsi internal, tambah pernyataan kementerian itu.

Sebagai langkah humanistik, pihak Azerbaijan menyerahkan kepada Armenia 15 orang keturunan Armenia.

Dan sebagai balasannya, pihak Armenia memberi Azerbaijan peta ladang ranjau di wilayah Fizuli dan Zangilan.

Hubungan antara bekas republik Komunis Soviet di Armenia dan Azerbaijan telah tegang sejak 1991 ketika militer Armenia menduduki Nagorno-Karabakh, juga dikenal sebagai Karabakh Atas, sebuah wilayah yang diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan, dan tujuh wilayah yang berdekatan.

Bentrokan baru meletus September lalu dan berakhir dengan gencatan senjata yang ditengahi Rusia pada 10 November 2020.

Selama konflik 44 hari berikutnya yang berakhir di bawah kesepakatan yang ditandatangani pada 10 November, Azerbaijan membebaskan beberapa kota dan hampir 300 pemukiman dan desa ilegal dari pendudukan Armenia selama hampir tiga dekade.

Gencatan senjata dipandang sebagai kemenangan bagi Azerbaijan dan kekalahan bagi Armenia, yang angkatan bersenjatanya mundur sesuai dengan kesepakatan.

Saat ini, sebuah pusat gabungan Turki-Rusia didirikan untuk memantau gencatan senjata antara kedua negara yang berseteru tersebut. Sementara itu, pasukan penjaga perdamaian Rusia juga telah dikerahkan di wilayah tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *