Revolusi Islam Iran, Adu Kekuatan Antara Penguasa dan Kaum Ulama

JPG 1627982386217
Ilustrasi.Net

Bewara Pakuan – Peristiwa lengsernya Shah Mohammed Reza Pahlevi telah mengguncang dunia pada waktu itu.

Demonstrasi militan anti-Shah pertama kali dilakukan oleh ratusan mahasiswa yang dimulai pada Oktober 1977, selepas kematian Mostafa, putra Ayatollah Khomeini.

Setahun kemudian aksi pemogokan melumpuhkan negara, dan pada awal Desember, jutaan orang melakukan demonstrasi melawan Shah di seluruh penjuru Iran. 

Aksi-aksi tersebut telah memaksa Shah pada 2 Oktober 1978 mengumumkan pemberian amnesti untuk para oposannya di luar negeri, termasuk Ayatollah Khomeini.

Pada 16 Januari 1979, Raja monarki Iran, Shah Reza Pahlevi melarikan diri dari Iran dan menyerahkan kekuasaan kepada Perdana Menteri Shapour Bakhtiar, seorang pemimpin oposisi untuk meredam situasi yang sudah kacau.

Serangan-serangan spontan massa terhadap patung-patung Pahlevi merebak, dan dalam hitungan jam saja, seluruh simbol-simbol dinasti Pahlevi sudah hancur.

Sebagai Perdana Menteri, Bakhtiar membubarkan dinas polisi rahasia SAVAK, membebaskan seluruh tahanan politik, dan mengizinkan Ayatollah Khomeini pulang ke Iran setelah bertahun-tahun diusir ke luar negeri. 

Bakhtiar meminta bantuan Khomeini untuk membuat negara suci seperti halnya Vatikan di Qom, menjanjikan pemilihan umum yang bebas dan memanggil pihak oposisi untuk membantunya menyelamatkan konstitusi serta mengajukan pemerintahan persatuan nasional yang melibatkan para pendukung Khomeini. 

Khomeini yang kembali ke Iran pada 1 Februari 1979 dari pengasingannya menolak permintaan Bakhtiar dan menunjuk pemerintahan sementaranya sendiri, dengan Mehdi Bazargan sebagai perdana menteri.

Khomeini dengan tegas berkata, “Saya akan membentuk negara. Saya akan bertindak melawan pemerintahan ini. Dengan dukungan seluruh bangsa, saya akan membentuk negara,”.

Pada bulan Februari, gerilyawan revolusioner dan pasukan pemberontak pro-Khomeini berhasil menang, setelah terlibat dalam  pertempuran jalanan yang keras dan mematikan di berbagai kota. 

Kaum revolusioner ini kemudian melakukan pembalasan yang kejam terhadap para pendukung rezim Shah Reza Pahlevi yang sebelumnya menyiksa dan menindas mereka.

Melihat gerakan masyarakat yang semakin meluas dan membesar, pihak militer pun menyadari tidak akan mampu untuk membendungnya, sehingga pada akhirnya mereka mengumumkan netralitasnya dan pada tanggal 11 Februari malam, pembubaran monarki Iran pun telah tuntas.

Iran secara resmi menjadi Republik Islam pada 1 April 1979 ketika sebagian besar Bangsa Iran menyetujuinya melalui referendum nasional.

Pertarungan panjang yang mengorbankan ribuan nyawa bangsa Iran tersebut akhirnya dimenangkan oleh kaum Ulama Syiah beserta rakyat yang mendukungnya yang bertahan sampai sekarang.

Pada waktu tersebut terkenal sebuah istilah, “Sebelum revolusi orang minum di luar dan berdoa di kamar, sesudah revolusi orang berdoa di luar dan minum di kamar,”.

Penyebab Revolusi Iran

Shah Mohammad Reza Pahlavi menjalankan pemerintahan yang brutal, korup, dan boros. Kebijakan-kebijakan ekonomi pemerintah yang terlalu ambisius menyebabkan inflasi tinggi, kelangkaan, dan perekonomian yang tidak efisien.

Kebijakan Shah yang kuat untuk melakukan westernisasi dan kedekatan dengan kekuatan barat terutama Amerika Serikat berbenturan dengan identitas Muslim Syiah Iran.

Hal ini termasuk pengangkatannya oleh kekuatan Sekutu atas bantuan dari CIA pada 1953 untuk mengembalikannya ke kekuasaan, menggunakan banyak penasihat dan teknisi militer dari Militer Amerika Serikat dan pemberian kekebalan diplomatik kepada mereka. 

Seperti ayahnya, Shah Reza Pahlevi merupakan orang yang sekuler, berbeda dengan cara pandang rakyat Iran pada umumnya yang sangat menghormati agama (Syiah) dalam kehidupan mereka sehari-hari. 

Semua hal tersebut membangkitkan nasionalisme Iran, baik dari pihak religius dan sekuler dan menganggap Shah sebagai boneka barat.

Revolusi Islam Iran sesungguhnya merupakan pertarungan antara dua kekuatan, kekuatan sang penguasa Shah Reza Pahlevi beserta pengikutnya yang didukung oleh kekuatan asing melawan Ulama dan masyarakat tertindas yang diwakili oleh Ayatullah Khomeini.

Pembalasan Kaum Revolusioner

Setelah menggulingkan pemerintahan Shah pada 11 Februari 1979, anggota rezim lama, termasuk jenderal senior, dieksekusi oleh kepemimpinan revolusioner.

Untuk tujuan ini, kaum revolusioner Islam Iran  membentuk komite di semua provinsi.

Ayatollah Mohammad Reza Mahdavi Kani adalah kepala Komite Sementara Pusat untuk Revolusi Islam.

Dalam beberapa bulan pertama, lebih dari 200 pejabat sipil senior pengikut Shah dibunuh sebagai hukuman walaupun sebenarnya lebih merupakan upaya balas dendam dan untuk menghilangkan bahaya kudeta bagi pemerintahan yang baru dibentuk.

Hukuman mati pertama adalah untuk empat Jenderal pendukung Shah dan disetujui oleh pengadilan Teheran pada Februari 1979.  

Mereka adalah Mehdi Rahimi, Komandan Militer Teheran, Reza Naji, Gubernur Militer Isfahan, Nematollah Nassiri, Kepala SAVAK, dan Manuchehr Khosrodad, seorang Jenderal Angkatan Udara. 

Keempat jenderal itu dieksekusi oleh regu tembak di atas atap markas Ayatollah Khomeini pada tanggal 15 Februari.

Pada 7 April 1979, Amir-Abbas Hoveyda , mantan Perdana Menteri Iran, dieksekusi. Dua hari kemudian pada tanggal 9 April sepuluh pejabat senior Shah, termasuk dua jenderal dan seorang anggota kabinet, dieksekusi di Teheran.

Mereka yang dieksekusi mati termasuk Panglima Angkatan Udara, Amir Hossein Rabi’i. 

Pada tanggal 11 April, mantan Menteri Luar Negeri, Abbas Ali Khalatbari, dan 10 pejabat lainnya dieksekusi di Teheran. 

Dan pada tanggal 8 Mei, total 21 mantan pejabat Iran, termasuk tiga mantan politisi tingkat tinggi, dieksekusi mati.

Mereka adalah Jawad Saeed , mantan Ketua Majelis, Gholam Reza Kianpor, mantan Menteri Informasi, dan Mohammad Reza Ameli Tehrani, mantan Menteri Pendidikan. 

Pada tanggal 9 Mei, delapan orang termasuk eksekutif terkemuka Yahudi Habib Elghanian, dan mantan Menteri Informasi, Abdul Hassan Saadatmand dieksekusi, sehingga meningkatkan jumlah orang yang dieksekusi mati menjadi 119 orang sejak Februari 1979.

Pada tanggal 23 Juli 1979, lima orang lagi dieksekusi di provinsi Khuzestan. Korban tewas menjadi 363 dengan eksekusi ini sejak Februari 1979. 

Pada bulan Agustus 1979, pengadilan mulai mengadili anggota etnis minoritas di negara itu yang dianggap berpartisipasi dalam demonstrasi menentang pemerintah Islam baru di mana pengadilan menghasilkan hukuman mati besar-besaran. 

Pada November 1979 jumlah korban tewas adalah 550 dan pada Januari 1980 jumlahnya telah mencapai setidaknya 582. 

Para aktivis dan kritikus menyayangkan bahwa persidangan singkat tidak memiliki pembela, juri, transparansi atau kesempatan bagi terdakwa untuk membela diri, diadakan oleh hakim revolusioner seperti Sadegh Khalkhali, hakim Syariah. 

Mereka yang melarikan diri dari Iran pun tidak luput dari pengejaran, di mana satu dekade kemudian, mantan Perdana Menteri Shapour Bakhtiar, dibunuh di Paris dan merupakan salah satu dari setidaknya 63 warga Iran di luar negeri yang tewas atau terluka sejak Shah digulingkan. Serangan dan pengejaran ini diperkirakan berhenti setelah awal 1990-an.

Laju eksekusi kemudian dipercepat, yang mengarah ke setidaknya 906 eksekusi antara Januari 1980 dan Juni 1981. 

Setelah Presiden Abolhassan Banisadr dimakzulkan pada 20 Juni 1981, upaya bersama dilakukan untuk menemukan dan menuntut mantan pendukung yang berubah menjadi oposisi, terutama kaum kiri. Pertumpahan darah pun menjadi jauh lebih buruk.

Jumlah yang kehilangan nyawanya mungkin tidak akan pernah diketahui dengan pasti. Amnesty International mendokumentasikan 2.946 eksekusi dalam 12 bulan setelah pemakzulan Bani-Sadr. 

Sebuah daftar yang disusun pada tahun berikutnya oleh Mujahidin-e Khalq menyebutkan 7.746 orang yang telah kehilangan nyawa mereka melalui eksekusi, dalam pertempuran jalanan, atau di bawah penyiksaan dalam waktu singkat dari Juni 1981 hingga September 1983.

Menurut sejarawan Ervand Abrahamian , pengadilan revolusioner mengeksekusi lebih dari 8000 lawan antara Juni 1981 dan Juni 1985. Ini terutama anggota Mujahidin-e Khalq , tetapi juga termasuk Fedayeen dan Kurdi serta Tudeh, Front Nasional, dan pendukung Shariatmadari.

SAVAK Di Masa Pergolakan Revolusi 

SAVAK (Sāzemān-e Ettelā’āt va Amniyat-e Keshvar) atau Organisasi Keamanan dan Intelijen Nasional, merupakan dinas polisi rahasia, keamanan, dan intelijen dalam negeri di Iran pada masa pemerintahan Dinasti Pahlevi. 

Lembaga ini didirikan oleh Syah Mohammad Reza dengan bantuan Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA), dan Mossad Israel dengan tujuan untuk melanggengkan dan mengamankan kekuasaan Shah Reza Pahlevi dari kaum oposisi.

Lembaga ini beroperasi sejak tahun 1957 hingga meletusnya Revolusi Islam Iran tahun 1979.

SAVAK merupakan institusi paling ditakuti sekaligus dibenci oleh masyarakat Iran terutama kaum oposisi sebelum revolusi karena praktik penyiksaan dan eksekusi penentang rezim Pahlevi yang dilakukannya.

Masyarakat Iran terutama para Ulama dan kaum oposisi pada waktu itu mengingat dan mencatat dalam hati dan pikiran mereka akan kekejaman SAVAK.

Dikabarkan pada puncaknya, organisasi ini memiliki 60.000 agen dan sumber lain tulisan Gholam Reza Afkhami memperkirakan staf SAVAK berkisar antara 4.000 hingga 6.000 orang.

SAVAK ditutup tak lama sebelum penggulingan monarki dan berkuasanya Ayatollah Ruhollah Khomeini melalui Revolusi Iran Februari 1979.

Setelah kaburnya Shah Reza Pahlevi pada Januari 1979, 3.000 lebih staf pusat dan agen-agen SAVAK menjadi sasaran pembalasan dan pembunuhan oleh masyarakat yang telah merasakan kekejaman dan kebengisan mereka.

Setelah kemenangan Revolusi Iran, satu museum dibuka di tempat bekas Penjara Towhid di Teheran dengan nama Ebrat. Museum itu menampilkan dan memamerkan kekejaman SAVAK yang berhasil di dokumentasikan.

(Sumber dan saran bacaan: Wikipedia, Al-Jazeera English: Iran 1979-Anatomy of a Revolution, Radio Free Europe: The 1979 Iran Revolution-How it happened, Data Fakta: Pemimpin Revolusi Islam Iran, BBC News Indonesia: Empat dekade revolusi Islam Iran dan dampaknya kini, Hipotesa: Komunisme dan Islam Syiah, Revolusi Iran 1979)

Quotation: 

“When you write their names in the black list of your power book, you are actually carving your tombstone in their minds and hearts, remember that time is turning!”

Si Goeroe

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *